Catatan

Tunjukkan catatan dari Disember, 2014

Mana Pergi Tanah Kami

Imej
Dulu... Kami bisa bergerak bebas Tiada apa yang membatas Betapa indah permainya kampung kami Terasa nyaman udara dan sejuk air di kali Di situ kolam tempat mengail haruan dan keli Tiada siapa yang ambil peduli Disini, sawahnya sawah milik kami Disana, dusun milik saudara kami Ulam-ulaman segar kami petik sendiri Segalanya percuma, tak payah di beli Anak kecil gembira mengutip biji getah Buat bermain seharian sampai lelah Tiada siapa yang ambil endah Kerana tanah ini Tanah warisan ayah Tapi kini... Kenapa kami bagai sudah tiada tempat Kenapa kami pula yang terpaksa merempat Di usir  keluar dari kampung halaman sendiri Katanya tanah ini sudah pemaju beli Pusat peranginan bakal didiri untuk si kaya berlibur Gedung membeli belah buat para korporat melabur Kondo mewah tak mampu kami miliki Lalu kata mereka, tiada wang sila pergi Jangan berani nak berangan lagi Cari lah daerah lain buat kamu menghuni Mereka jual tempat tin

Si Bahlul Yang Tolol

Imej
Bila si tolol berbicara Ada kala menyakitkan telinga Ilmu cuma sejengkal dua  Berhujah bagaikan pendeta Buku rujukan malas dibaca Nasihat ulama enggan menerima Menurut telunjuk sang pendusta Memutar lidah bermuka-muka Jangan begitu hai si bahlul Tiap tutur perlu ada asasnya Bukan menurut nafsu semata  Harus berpandu hukum agama Baru teratur sempurna makna Aku bosan, cuak dan benci Mendengar bicara dari bukan ahli  Berkata kesat keji mengeji Ilmu cetek berhidung tinggi Baiklah aku menulikan diri Dari kata-kata menyakitkan hati Atau kah aku harus mengurung diri Mencari damai dalam Al Kahfi Mengabdi diri bagaikan sang sufi Agar dapat ku mensucikan hati Memohon hidayah dari Ilahi Agar selamat dari fitnah menyesatkan ini. -Cetusan Rasa Alhambra 6/12/2014